Kamis, 23 Februari 2017

ruang lingkup, penalaran, dan logika filsafat ilmu



MATERI PERTEMUAN 1 : Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu pengalaman, pemahaman dan rasa ingin tahu dalam diri manusia yang muncul dalam akal untuk mengetahui suatu objek, contohnya adalah ketika kita ingin mengetahui suatu makanan, maka kita berfikir apakah makanan tersebut terasa enak atau tidak, di situ kita akan mendapatkan pengetahuan tentang makanan tersebut.
Pengertian ilmu
Ilmu adalah bagian daripada pengetahuan yang di awali dengan rasa ingin tahu yang secara umum yang sering kita pelajari.
Pengertian filsafat ilmu
filsafat  ilmu merupakan  bagian dari epistemologi  (filsafat pengetahuan) yang  secara spesifik  mengkaji hakikat  ilmu (pengetahuan ilmiah) Ilmu  merupakan  cabang  pengetahuan   yang mempunyai  ciri –  ciri  tertentu. Meskipun  secara  metodologis  ilmu  tidak  membedakan antara  ilmu ilmu alam  dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan – permasalahan teknis  yang  bersifat  khas, maka filsafat  ilmu  ini sering  dibagi menjadi  filsafat  ilmu – ilmu sosial. Pembagian  ini lebih  merupakan pembatasan  masing – masing   bidang  yang  ditela’ah, yakni ilmu – ilmu alam atau  ilmu – ilmu  sosial  dan  tidak  mencirikan  cabang  filsafat  yang  bersifat otonom, ilmu memang  berbeda  dari  pengetahuan – pengetahuan  secara  filsafat, namun tidak terdapat  perbedaan  yang  prinsif antara  ilmu – ilmu  alam  dan ilmu – ilmu  sosial  dimana  mempunyai  ciri – ciri  keilmuan  yang  sama.
Karakterristik filsafat ilmu
Uraian diatas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik berpikir secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran sehingga alat utamanya untuk menemukan hakikat segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.
Adapun karakteristik di bagi bebrapa sifat;
1.      Sifat secara keseluruhan
Manusia tidak hanya berfikir atau melihat secara sempit tetapi secara luas, selalu mencari ilmu secara mendalam tidak harus mempelajari ilmu yang sudah di dapatkan.
2.      Sifat secara mendasar
Tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar, jadi setiap ilmu yang di sampaikan harus radikal, mempunyai kebenaran dan kejelasan.
      Berfilsafat secara radikal, karena filsuf tidak pernah terpaku hanya pada fenomena dan entitas tertentu. Berpikir radikal tidak berarti mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam, untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
      Berfilsafat secara benar, Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. +leh karena itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu. tentu saja, kebenaran yang hendak dipakai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh dapat di pertanggung jawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
      Berfilsafat secara jelas, salah satu penyebab lahirnya flsafat adalah
keraguan. Untuk menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan.
3.      Sifat secara spekulatif
Mementukan titik awal hanya dengan berspekulasi, berfilsafat secara spekulasi itu berfikir pemikiran bebas spekulatif sebagaimana yang bermunculan dalam dunia filsafat memang jauh berbeda dengan struktur cara berfikir akal yang sistematik sebab cenderung bersandar pada prinsip meraba raba dan berspekulasi.sedang konsep kebenaran agama bersandar pada segala suatu yang serba pasti, dimana salah satu  artinya adalah pasti akal fikiran bisa menerima dan memahaminya,sebab itulah tak ada sifat spekulatif dalam konsep agama.
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras (572-500 SM) belum murni rasional.
Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu.Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428-348 sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Pada abad ke-6 SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng,yang artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng).

MATERI PERTEMUAN 2 : PENALARAN
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan  pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan.
Ciri-ciri Penalaran
1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam
MATERI PERTEMUAN 3 : LOGIKA
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika.
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1.    Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.
2.    On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3.    Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4.    Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari silogisme.
5.    Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6.    Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat piker.
DEDUKSI
Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
INDUKSI
Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar