MATERI PERTEMUAN 1 : Ruang Lingkup
Filsafat Ilmu
Pengertian
pengetahuan
Pengetahuan
adalah suatu pengalaman, pemahaman dan rasa ingin tahu dalam diri manusia yang
muncul dalam akal untuk mengetahui suatu objek, contohnya adalah ketika kita
ingin mengetahui suatu makanan, maka kita berfikir apakah makanan tersebut
terasa enak atau tidak, di situ kita akan mendapatkan pengetahuan tentang
makanan tersebut.
Pengertian
ilmu
Ilmu
adalah bagian daripada pengetahuan yang di awali dengan rasa ingin tahu yang
secara umum yang sering kita pelajari.
Pengertian
filsafat ilmu
filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan
ilmiah) Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri – ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu ilmu
alam dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan – permasalahan
teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini
sering dibagi menjadi filsafat ilmu – ilmu sosial. Pembagian
ini lebih merupakan pembatasan masing – masing
bidang yang ditela’ah, yakni ilmu – ilmu alam atau ilmu –
ilmu sosial dan tidak mencirikan cabang
filsafat yang bersifat otonom, ilmu memang berbeda
dari pengetahuan – pengetahuan secara filsafat, namun tidak
terdapat perbedaan yang prinsif antara ilmu –
ilmu alam dan ilmu – ilmu sosial dimana
mempunyai ciri – ciri keilmuan yang sama.
Karakterristik
filsafat ilmu
Uraian
diatas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik berpikir secara
filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal
pikiran sehingga alat utamanya untuk menemukan hakikat segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu.
Adapun
karakteristik di bagi bebrapa sifat;
1. Sifat
secara keseluruhan
Manusia tidak hanya
berfikir atau melihat secara sempit tetapi secara luas, selalu mencari ilmu
secara mendalam tidak harus mempelajari ilmu yang sudah di dapatkan.
2. Sifat
secara mendasar
Tidak lagi percaya
begitu saja bahwa ilmu itu benar, jadi setiap ilmu yang di sampaikan harus
radikal, mempunyai kebenaran dan kejelasan.
Berfilsafat secara radikal, karena filsuf tidak pernah terpaku
hanya pada fenomena dan entitas tertentu. Berpikir radikal tidak
berarti mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan
dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam, untuk mencapai akar
persoalan yang dipermasalahkan.
Berfilsafat secara benar, Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh
realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. +leh karena itu, dapat
dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu. tentu saja, kebenaran yang hendak
dipakai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk
memperoleh kebenaran yang sungguh dapat di pertanggung jawabkan, setiap
kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali
dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Berfilsafat secara jelas, salah
satu penyebab lahirnya flsafat adalah
keraguan. Untuk
menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan.
3. Sifat
secara spekulatif
Mementukan titik
awal hanya dengan berspekulasi, berfilsafat secara spekulasi itu berfikir
pemikiran bebas spekulatif sebagaimana yang bermunculan dalam dunia filsafat
memang jauh berbeda dengan struktur cara berfikir akal yang sistematik sebab
cenderung bersandar pada prinsip meraba raba dan berspekulasi.sedang konsep
kebenaran agama bersandar pada segala suatu yang serba pasti, dimana salah
satu artinya adalah pasti akal fikiran bisa menerima dan
memahaminya,sebab itulah tak ada sifat spekulatif dalam konsep agama.
SEJARAH
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Pada
masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa
agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan,
yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala
sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales masih
dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras (572-500
SM) belum murni rasional.
Sokrates
menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak
dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang
bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin
orang itu.Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates
(470-399 sM), Plato (428-348 sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Pada abad ke-6
SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus
diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng,yang
artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku
hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
MATERI
PERTEMUAN 2 : PENALARAN
Penalaran
adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa
yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan
dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran
juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu penalaran
merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan. Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara
bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai pengetahuan
binatang juga mempunyai pengetahuan.
Ciri-ciri Penalaran
1.
Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis,
artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang
shahih.
2.
Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas
dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan
petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3.
Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan
suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam
MATERI PERTEMUAN 3 : LOGIKA
logika
adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar
dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir
manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Dalam logika berfikir dipandang
dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat,
merupakan objek formal logika.
Setelah Aristoteles meninggal,
naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah
dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai
penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1. Ini membahas
mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.
2. On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan
hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles
membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar
pertentangan.
3. Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori
silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4. Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang
pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai
materi dari silogisme.
5. Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan
tentang perbincangan berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6. Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai
sifat dasar dan penggolongan sesat piker.
DEDUKSI
Pengertian
Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara
penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan
mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu
kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul
menurut bentuk saja.
INDUKSI
Pengertian induksi
Induksi
merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan
terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum
atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap
sejumlah hal yang bersifat khusus.
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas
pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai
mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai
binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan
yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar