Senin, 01 April 2019

Pertemuan II. Logika deduktif dan induktuif

1. LOGIKA
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika.
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1.      Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.
2.      On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3.      Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4.      Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari silogisme.
5.      Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6.      Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat piker.
2. DEDUKSI
a.       Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
b.      Logika deduktif
Ciri-ciri dari logika deduktif adalah:
1. Analitis : Kesimpulan daya tarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-premis yang sudah ada
2. Tautologies : Kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung dalam premis-premisnya
3.  Apirori : Kesimpulan ditarik tanpa pengamatan indrawi atau operasi kampus.
Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya. Penyimpulan deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dari prinsip atau dalil atau kaidah atau hukum menuju contoh-contoh (kesimpulan dari umum ke khusus). Contoh: (a) – Setiap agama mengakui adanya Tuhan; – Budiman pemeluk agama Islam; – Jadi, Budiman mengakui (beriman) kepada Tuhan Yang Esa; (b) Universitas Gadjah Mada mempunyai beberapa fakultas dan program studi; – Ani mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; – Jadi, Ani mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Logika deduktif bisa berbahaya apabila salah dalam mengambil/menyusun kesimpulan. Sebagai contoh:
        Pasir adalah material dasar sungai (premis major)
        Lempung adalah material dasar sungai (premis minor)
        Lempung adalah pasir (kesimpulan)
        Semua karyawan di PT. Anaconda mempunyai IQ tinggi (premis major)
        Komar bukan karyawan di PT. Anaconda (premis minor)
        Komar tidak ber-IQ tinggi (kesimpulan)
Kesalahan ini sering terjadi karena menganggap kata “adalah” selalu berarti “sama dengan”. Perlu diingat bahwa kata “adalah” tidak selalu berarti “sama dengan”.
3. INDUKSI
a.       Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
b.      Logika induktif
Logika induktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi Pemakaian logika induktif ini berbahaya karena bisa terjadi terlalu cepat mengambil kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus yang digunakan dalam premis kurang memadai. Selain itu pula, kemungkinan premis yang digunakan kurang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah. Ciri-ciri logika induktif antara lain:
*      Sintesis : Kesimpulan ditarik dengan mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam premis-premis.
*      General : Kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak
*      Aposteriori : Kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi
Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek probabilitas) Secara umum, logika induktif sulit untuk dibuktikan kebenaran/ke-reliable­-annya dilihat dari ciri-cirinya. Sebagai contoh:
Strong Inductive/Induktif kuat
        Besi (logam) apabila dipanaskan memuai
        Perunggu (logam) apabila dipanaskan memuai
        Perak (logam) apabila dipanaskan akan memuai
        Jadi, logam (besi, perunggu, perak) apabila dipanaskan akan memuai.
Buktinya sangat kuat. Hampir semua logam bila dipanaskan akan memuai. Weak Inductive/Induktif lemah
        Apel di Toko A rasanya manis
        Apel di Toko B rasanya manis
        Apel di Toko C rasanya manis
        Jadi, semua apel rasanya manis.
Buktinya lemah. Tidak semua apel rasanya manis, karena ada juga apel yang rasanya masam.
Dari contoh di atas antara Strong Inductive dan Weak Inductive, bisa diambil kesimpulan bahwa logika induktif bisa menjadi reliable ketika kebanyakan orang sudah pernah mengalaminya sendiri atau menurut pendapat kebanyakan orang secara global.
Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar